PENGARUH PEMBERIAN RANSUM TEPUNG
TEMULAWAK (Curcuma
xanthorrhiza coxb)
TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN KAMBING
KACANG UMUR 3-4 BULAN
:
Abstrak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb) merupakan salah satu tanaman yang dapat meningkatkan napsu makan dan sebagai obat di dalam pencernaan
ternak. Tumbuhan ini memiliki akar tunggal dan arometik dan memiliki kandungan
kurkumin 1,6-1,11 % dari berat kering. Pemberian temulawak pada kambing kacang
akan memberikan bobot badan lebih tinggi karena daktor dari temulawak yang
dapat meningkatkan napsu makan. Peningkatan napsu makan pada ternak karena
mempercepat kerja usus halus dan dapat mempercepat pengosongan lambung. Kambing
kacang merupakan salah satu kambing asli Indonesia yang memiliki ciri khusus.
Temulawak ditambahkan dalam ransum kambing kacang untuk mengetahui tingkat
pertambahan bobot badansebelum dan sesudah pemberian ransum tersebut. Metode
yang digunakan yaitu dengan membuat perbandingan ransum yang di beri tepung
temulawak dengan rasio 0,5 %, 1 % dan 1,5 % dari total ransum dengan mengunakan
16 ekor kambing kacang. Hasil dari gagasan ilmiah ini yaitutingkat pemberian
ransum yang paling efesian digunakan untuk meningkatan napsu makan dan peningkatan
bobot badan yaitu dengan penambahan tepung temulawak 1 % paling efesian akan
mampu meningkatkan bobot badan yang dicampur dengan ransum untuk kambing kacang
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kambing kacang merupakan kambing
khas yang banyak dikembangkan di indonesia untuk menunjang kebutuhan daging
yang ada dimasyarakat. Kambing kacang biasanya banyak diternakan petani
setempat secara tradisional sehingga produksinya kurang optimal. Keberhasilan
pemeliharaan kambing kacang dipengaruhi adanya faktor pakan. Pakan bagi kambing
kacang akan menunjang untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, petumbuhan dalam
berproduksi dan reproduksi. Usaha untuk mengoptimalkan usaha peternakan
tersebut, perlu adanya penyediaan pakan yang cukup sehingga ternak dapat
berproduksi dengan baik. Pakan yang diberikan harus memiliki kualitas dan
kuantitas yang baik serta diberikan pakan tambahan berupa feed additive.
Peningkatan bobot badan kambing kacang perlu adanya suplemen pakan
tambahan yang mengandung protein tinggi. Protein yang ada di pasaran saat ini
sangatlah mahal sehingga diperlukan bahan pakan alternatif seperti
temulawak.
Tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb) merupakan jenis tumbuhan
yang banyak digunakan untuk obat-obatan, biasanya untuk meningkatkan napsu
makan. Tanaman ini temasuk dalam anggota Zngiberaceae
yang tumbuhnya berada di pulau jawa dan daerah-daerah tertentu. Temulawak
memiliki akar tunggal dan bau aromatik serta rasanya pahit. Komponen yang ada
pada rimpang temulawak adalah adanya zat kuning yang disebut kurkumin, selain itu juga terdapat
protein, pati dan zat minyak atsiri. Temulawak
dalam pemberiannya dengan dihaluskan atau berbentuk tepung sebagai feed additive. Kandungan kurkumin sebesar 1,6 – 2,22 % dari berat
kering. Adanya kandungan kurkumin dan
zat minyak atsiri menyebabkan temulawak dapat meningkatkan napsu makan pada
ternak. Peningkatan napsu makan pada ternak dikarenakan temulawak dapat
mempercepat kerja usus halus sehingga dapat mempercepat pengosongan
lambung. Hal ini akan menimbulkan rasa
lapar pada ternak dan dapat menambah napsu makan. Pemberian temulawak pada
kambing kacang biasanya dengan dosis 1 %
dan di tandai dengan kenaikan napsu makan serta menaikan pertambahan
bobot badan dari kambing kacang tersebut. Temulawak biasanya diberikan dalam
bentuk ransum yang di tambahkan dengan bahan pakan lainnya. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh ransum tepung temulawak terhadap
pertambahan bobot badan kambing kacang.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengaruh penambahan ransum temulawak terhadap pertambahan bobot badan kambing
kacang ?
2.
Bagaimana
cara pembuatan ransum dengan penambahan
temulawak ?
3.
Bagaimana
cara mengetahui taraf penambahan tepung temulawak yang optimal dalm
meningkatkan bobot badan kambing kacang ?
C.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian temulawak (Curcuma
xanthorrhiza roxb) pada ransum terhadap pertambahan bobot badan kambing kacang umur 3-4 bulan.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi mengenai kegunaan dari tepung temulawak dalam ransum dan pengaruhnya
terhadap pertambahan bobot badan kambing kacang.
TINJAUAN PUSTAKA
Kambing
kacang merupakan jenis kambing lokal
yang dapat beradaptasi dan berproduksi dalam lingkungan daerah yang tropis.
Pulau jawa sering dinamakan “kambing kacang”.
Kambing kacang termasuk dalam kelas Mammalia dan spesies capra hircus. Kambing kacang dapat mencapai dewasa kelamin
saat berumur 20-23 minggu. Kambing kacang memiliki karakteristik yang umumnya
berbulu putih, hitam, dan coklat. Kambing kacang memiliki tanduk 8-10 cm dan
bobot badan 17-30 kg (Haryanto, 2008).
Ciri lain yang dimiliki kambing kacang adalah bulu pendek berwarna
tunggal, biasanya berwarna putih, hitam dan coklat. Kambing jantan dan betina
sama-sama memiliki tanduk yang melengkung, memiliki janggut pada kambing kacang
jantan (Nurmiati, 2014). Kambing kacang
memiliki kelebihan dibanding kambing lain yaitu dapat berproduksi pada
lingkungan yang kurang baik. Ukuran tubuh yang relatif kecil dengan laju
pertumbuhan bobot badan yang rendah pula (Rahim et al., 2012).
Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza roxb) merupakan spesies tumbuhan yang hidup
secara liar ditanah kering maupun basah yang dapat memicu pertumbuhan dan tidak
membahayakan bagi ternak (Sufiriyanto dan indradji, 2007). Temulawak merupakan
bagian dari spesies kunyit dan dapt
tumbuh dengan ketinggian 2 meter. Stuktur temulawak memiliki tulang daun
berwarna ungu tua, rimpangnya berwarna kuning , berbau khas dan cita rasa
pahit. Komponen yang ada pada temulawak adalah warna kuning yang disebut kurkumin dimana kandungannya 1,6-2.22 %.
Selain itu adanya protein, pati dan zat-zat atsiri (Muqorrbin, 2008). Temulawak
merupakan suplemen feed additive yang
berperan untuk menambah napsu makan ternak. Minyak kurkumin dan zat atsiri dapat berperan untuk merangsang
sel hati kemudian dapat meningkatkan produksi empedu dan sekresi empedu di pencernaan meningkat.
Adanya temulawat akan mempercepet pengosongan lambung sehingga rasa lapar akan
semakin cepat. Pemberian temulawak pada kambing kacang biasanya dengan dosis 1
% dan di tandai dengan kenaikan napsu
makan serta menaikan pertambahan bobot badan dari kambing kacang tersebut.
Temulawak biasanya diberikan dalam bentuk ransum yang di tambahkan dengan bahan
pakan lainnya. Pemberian tepung
temulawak pada kambing kacang akan berdampak positik terhadap hati, empedu dan pancreas (Aris et al., 2006). Pengaruh
temulawak terhadap pancreas dapat
merangsang sekresi dan berfungsi sebagai penambah napsu makan, mempengaruhi
kontraksi dan tonus usus halus dan bersifat bakterisida dan bakteriositik.
Minyak atsiri yanga ada di temulawak memiliki bau khas dan rasanya yang tajam
srta memiliki zat anti septik. Minyak
atsiri dalam tepung temulawak banyak mengandung kamfer dan mirsen, xanthorizol,
kurkumen, p-tolilmetil karbinot, dan
arkumen (Afifah dan Tim Lantera, 2003).
Pertambahan bobot badan harian dari seekor ternak menjadi tolak ukur untuk
mengetahui pakan yang diberikan mempengaruhi pertumbuhan atau tidak. Penimbangan biasanya dilakukan setiap minggu
atau setiap bulan. Adanya pertambahan bobot badan dapat digunakan untuk tolak
ukur pengontrolan kecepatan pertumbuhan. Pertumbuhan dinyatakan dengan mengukur
kenaikan bobot badan yang dengan mudah digunakan dengan penimbangan
berulang-ulang. Pertambahan bobot badan
mencakup pertambahan daging, otot, jantung, otak dan semua jaringan yang
terkait dalam tubuh lainnya (Hartanto, 2008). Pertumbuhan ternak yang awalnya
lambat kemudian akan lebih cepat dengan
pakan yang diberikan. Ternak akan
mendekati kedewasaan akan menurunkan pertumbuhannya karena sudah berada pada
puncaknya. Jika ternak diberikan pakan dalam jumlah banyak maka pertumbuhannya
juga cepat dan akan mencapai optimalnya sesuai dengan genetiknya. Pertumbuhan
kambing kacang yang tercepat dimulai di lahir sampai berumur 4-5 bulan
(Muqorrobin, 2008). Pengukuran dapat dikatakan baik apabila semakin tinggi
kenaikan bobot badan perhari makin baik pertumbahannya. Kenaikan bobot badan
dapat di capai dengan manajemen pasa saat periode pertumbuhan (Rifat, 2008).
MATERI DAN MOTEDE
A.
MATERI
Materi yang
digunakan dalam penlitian ini yaitu kambing kacang jantan dengan umur 3-4 bulan
sebanyak 16 ekor. Kambing kacang memiliki bobot badan diambil pada umur 3-4
bulan. Ransum yang digunakan terdiri dari rumput lapang dan kosentrat serta
tepung temulawak. Temulawak di peroleh didaerah
Grobogan yang banyak tak termanfaatkan. Jumlah ransum kambing kacang
yang digunakan adalah 3 % BK dari bobot badan. Pakan diberikan dua kali yaitu waktu pagi
(07.00-08.00 WIB) dan sore (16.00-17.00 WIB).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang, kandang
yang digunakan adalah kandang panggung individual berukuran 100 x 100 x 75 cm
dengan tempat pakan dan minum yang sudah tersedia. Kandang kambing kacang
terbuat dari besi yang sudah di desaign sesuai dengan tubuh ternaknya. Peralatan yang digunakan adalah adalah
timbangan digital untuk menimbang pakan dan sisa pakan, menimbang kambing
kacang dengan menggunakan timbangan gantung, sabit digunakan untuk memotong
rumput lapang agar mempermudah dalam memberikan pakannya, thermometer yang tersedia di dalam dan diluar kandang, sanitasi
kandang (sapu, sikat, ember dan sekup), dan
lock book untuk mencatat hasil selama penelitian agar datanya dapat akurat.
B.
METODE
1.
Persiapan
Penelitian
1.
Persiapan kandang
Kandang yang digunakan untuk tempat tinggal kambing kacang terlebih
dahulu dibersihkan dengan menggunakan disinfeksi dengan lysol dengan
dosis 15 ml / 10 liter air dan semua peralatan kandang dibersihkan agar tidak
ditumbuhi jamur atau bakteri
2.
Persiapan kambing kacang
Kambing kacang sebelum digunakaan untuk penelitian diberi
obat cacing dengan merk Nemasol dengan dosis 375 mg/50 kg BB untuk
mengurangi atau menekan populasi parasit dalam saluran pencernaan.
3.
Penentuan petak kandang
Penentuan petak kandang yang digunakan
untuk kambing kacang dengan cara menentukan jarak dan besar petak kandang
perlakuan. Biasanya penentuan petak kandang dilakukan dengan cara acak
sederhana.
4.
Pembuatan tepung temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb)
Pembuatan tepung
temulawak dilakukan dengan cara
pembersihan. Pembersihan dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan yang masil
menempel dari bagian temulawak seperti tanah, kerikil, bagian tanaman lainnya
kecuali akar temulawak. Setelah pembersihan, langkah selanjutnya pemcucian
untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel pada temulawak. Pencucian
dilakukan sesingkat mungkin agar larutan zat yang ada didalamnya tidak ikut
larut. Perajangan dilakukan untuk mengubah bentuk agar menjadi kecil-kecil. Namun
perajangan dilakukan dengan melihat perbandingan ukuran, karena akan
mempengaruhi kandungan zat yang ada didalamnya, semakin tipis makan kandungan
zat yang ada di dalamnya semakin sedikit dan jika terlalu tebal akan sulit
menghilangkan kadar air pada saat dilakukan pengeringan. Pengeringan dilakukan
untuk mengawetkan gar bahan dalam keadaan tahan lama. Faktor yang mempengaruhi
dalam kualitas tepung untuk proses pengeringan adalah luas permukaan bahan dan
aliran udara serta panas. Setelah pengeringan dilakukan penapungan bahan dengan
menggunakan alat agar bahan menjadi tepung.
5.
Pencampuran bahan pakan
Pencampuran bahan pakan yang menggunakan a
tepung temulawak yang dicampur dengan konsentrat sesuai dengan perlakuan
masing-masing. Pemberiaanya diberikan antara konsentrat terlebih dahulu
dibanding hijauan, sebaliknya perlakuaan selanjutnya pemberiaanya diberikan
antara hijauan terlebih dahulu dibanding konsentrat.
2.
Cara
Mengukur :
Pengukuran menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan :
P0 : Hijauan
70% + Konsentrat 30% (kontrol)
P1 : Kontrol
+ tepung temulawak 0,5% dari total ransum
P2 : Kontrol
+ tepung temulawak 1% dari total ransum
P3 : Kontrol + tepung temulawak 1,5% dari total ransum
Masing-masing perlakuan menggunakan 4 kali
ulangan dan setiap satu ulangan menggunakan satu ekor kambing kacang, jadi nanti jumlahnya adalah
16 ekor kambing kacang. Data yang diperoleh dianalisis ragam berdasarkan Rancangan
Acak Lengkap (RAL).
Perameter yang diamati yaitu dengan
membandingkan antara pertambahan bobot badan kambing kacang yang di tambah
dengan ransum temulawak dan kambing kacang yang tidak di beri perlakuan pakan
tambahan.
·
Pertambahan bobot badan
Pengukuran pertambahan bobot badan dilakukan dengan cara menimbang ternak
pada akhir setelah perlakuan dikurangi sebelum perlakuan dibangi dengan lama
pemeliharaan
Rumus:
Pertambahan bobot badan =
3.
Pelaksanaan
Penelitian
Pelaksanaan penelitian menggunakan dua tahap yaitu tahap
persiapan dan tahap pemeliharaan. Persiapan dilakukan dengan menimbang bobot
awal kambing kacang dan adaptasi terhadap lingkungan selama 2 minggu serta
pemberian pakan yang akan diberikan. Adaptasi pemberian pakan dilakukan dengan
menggunakan pakan perlakuan.
Tahap pemeliharaan pada kambing kacang
dilakukan selama delapan minggu. Jumlah total ransum yang diberikan sebanyak 3%
BK dari bobot badan. Pemberian pakan diberikan dengan mencampur tepung
temulawak di dalam konsentrat. Pemberian pakan 2 kali dilakukan pada pukul
07.00-08.00 WIB dan 16.00-17.00 WIB dengan campuran berupa konsentrat yang
diberikan terlebih dahulu kemudian baru diberikan rumput lapang, pada pukul
sedangkan air minum diberikan secara ad libitum.
Kegiatan pengumpulan data dari penelitian
yaitu dengan menimbang bobot badan kambing kacang, dilakukan setiap dua minggu
sekali, mencatat konsumsi pakan dan menimbang pakan yang tersisa selama 24 jam,
sampel sisa pakan diambil 10% dari total sisa pakan, kemudian ditimbang serta
dianalisis kandungan bahan keringnya.
4.
Cara Analisa
Data
Pengambilan data pertambahan bobot badan
harian yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa kovariansi yang di
berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah untuk nmengetahui adanya
pengaruh perlakuan terhadap peubah yang telah diamati. Semua data yang
diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis variansi.
Model
matematika yang digunakan sebagai berikut :
Yij = μ + τi + Σij
Keterangan :
Yij : Nilai
pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
μ : Nilai tengah perlakuan ke-i
τi
: Pengaruh perlakuan ke-i
Σij
: Kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
PEMBAHASAN.
Pakan merupakan faktor terpenting
dalam meningkatkan pertambahan bobot badan ternak. Porsi yang dalam perperan
dalam pertambahan bobot badan sebesar 70 %.
Pakan dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan konsumsi tubuh yang
meliputi bobot dan komposisi kimia
karkas. Penambahan tepung temulawak diharapkan untuk mempelancar pencernaan,
akulmulasi lemak tubuh dan pertumbuhan kambing kacang yang masa pertumbuhan.
Menurut penelitian Prayogi (2008) bahwa peningkatan bobot badan akan
menghasilkan bobot badan dan menghasilkan persentase karkas.
Temulawak memiliki akar yang dinamakan rimpang,
memiliki senyawa kurkuminoid, mineral dan minyak atsiri. Temulawak banyak
dibudidayakan karena kandungan yang besar untuk meningkatkan bobot badan.
Menurut Reguati (2012) menyatakan bahwa rimpang temulawak mengandung karbohidrat,
lemak, protein, serat kasar, dan sejumlah mineral. Pemakaian temulawak sebagai
obat akan memberikan respon positif terhadap peningkatan napsu makan. Penelitian Muqorrobin (2008) menambahkan bahwa minyak atsiri dan kurkumin memiliki
kasiat merangsang sel hati dan untuk meningkatkan empedu dan mempelancar
sekresi sehingga cairannya akan meningkat. Pemberian temulawak pada dosis 1 %
bagi kambing akan meningkatkan napsu makan disertai dengan bobot daging dari
kedua ternak.
Pertambahan
bobot badan pada kambing akan semakin meningkat dengan pemberian pakan yang
memiliki nilai gizi. Menurut penelitian Rifat (2008) dapat dilihat bahwa
pemberian temulawak bahwa hasilnya positif
untuk meningkatkan bobot badan disbanding dengan ternak yang tidak di
beri temulawak. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa bobot badan akan
meningkat dengan pertambahan temulawak 1
% dan 1,5 % dari bobot badan dalam ransum pakan tidak perpengaruh nyata.
Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Nizma et al. (2008) bahwa rata-rata
pertambahan bobot badan pada hari ke15 yang tidak diberi tambahan temulawak,
temulawak 1 % dan temulawak 1,5% masing-masing 0,88 kg, 2 kg dan 4 kg. Pada
hari ke 30 penimbangan
rata-rata pertambahan berat badan yang tidak diberi tambahan temulawak,
temulawak 1% dan temulawak 1,5% masing-masing adalah 1,88 kg, 3,75 kg dan 6,25
kg. Efek yang diberikan terhadap
pertambahan bobot badan sangat signifikan karena rimpang temulawak akan
mempercepat usus halus sehingga pengosongan lambung menjadi lebih efektif
sehingga napsu makan akan meningkat.
Pemberian temulawak ke kambing kacang
dapat dilakukan dengan dicampur dengan ransung yang dibuat. Perbedaan
konsumsi pakan yang berbeda dan kandungan nutrient yang relative sama dalam
ransum. Hal ini diperkuat oleh penelitian Muqorrobin (2008)
bahwa pertambahan bobot badan harian yang berbeda nyata dikarena konsumsi BK
yang berbeda. Hewan yang memiliki konsumsi yang lebih tinggi akan menghasilkan
produksi relative akan lebih tinggi disbanding disbanding dengan hewan yang
memiliki kapasitas konsumsi yang rendah.
Menurut penelitian Tarmidi (2004) bahwa salah satu komponen nutrient
pakan paling penting untuk PBB ternak adalah protein. Penambahan tepung
temulawak
sampai taraf 1,5% dari total ransum tidak meningkatkan konsumsi protein, diduga
hal ini menjadi penyebab pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan yang
berbeda tidak nyata.
KESIMPULAN
Gagasan
ilmiah ini dapat disimpulkan bahwa tepung temulawak memeliki senyawa
kurkuminoid, mineral dan minyak atsiri yang dapat meningkatkan bobot badan. Penambahan
tepung temulawak pada persentase 1% akan meningkan pertambahan bobot badan
kambing kacang selama masa pertumbuhan.
REFERENSI
Afifah, E. dan
Tim Lentera, 2003. Khasiat dan manfaat temulawak. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.
Aris, S., E.
Mirwandhono dan Emmyliam. 2006. Pemanfaatan tepung temulawak (Curcuma
xanthorrhiza roxb) dan
molasses dalam ransum terhadap performa ddan income over feed cost (IOFC) itik peking umur 1-56 hari. Jurnal
Agribisnis Peternakan. 2 (2) : 67-71
Haryanto. 2008. Pengaruh Penggantian
Konsentrat Dengan Daunlamtoro Kering (Leucaena leucocephala) dalam
Ransum Terhadap Performan Kambing Kacang Jantan. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Universitas Sebeles Maret. Surakarta.
Muqorrobin, A. 2008. Pengaruh Penambahan
Tepung Temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb) dalam Ransum Terhadap
Performan Domba Lokal Jantan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sebeles Maret. Surakarta.
Nurmiati. 2014. Pengaruh Jenis Kelamin
Terhadap Pertumbuhan Kambing Kacang yang
Dipelihara Secara Intensif. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Raguati. 2012. Supleman mineral blok-plus dalam pakan ternakkambing peranakan ettawa terhadap
pertumbuhan dan status kesehatan. Agrinak. 2 (1) : 36-40.
Rahim, L. R. R., S. Rahma., M. I. A. Dagong, dan I. P Kusumandari. 2012.
Keragaman kelompok gen pertumbuhan (GH, GHR, IGF-1, Leptin dan Pit-1) dan
hubungannya dengan karakteristik tumbuh kembang dan karkas pada ternak kambing
Marica dan Kacang. Skripsi. Makassar.
Rifat, M. 2008. Pengaruh Penambahan Tepung
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb) dalam Ransum Terhadap
Performan Kelinci Lokal Jantan. Fakultas Pertanian, Skripsi. Universitas
Sebeles Maret. Surakarta.
Prayogi,
P. W. 2008. Pengaruh Penambahan Tepung Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb)
dalam Ransum Terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Kelinci Lokal
Jantan. Falultas Pertanian . Universitas Sebelas Maret.
Tarmidi, A.R., 2004. Pengaruh Pemberian Ransum yang Mengandung Ampas
Tebu Hasil Biokonversi oleh Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) terhadap
Performan Domba Priangan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Hal: 157-163.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar