PERBANDINGAN UKURAN, PERSENTASE, FUNGSI DAN
KARAKTERISTIK ANTARA KINERJA MASING MASING FISIOLOGIS SALURAN PENCERNAAN
RUMINANSIA, PSEUDORUMINANSIA DAN MONOGASTRIK
Suparti1) dan Agus Darmawan2)
1Mahasiswa Program Studi
S1 Peternakan
Email: Partysuparti@gmail.com
2Asisten Laboratorium
Fisiologi dan Biokimia
Email: Agusdarmawan1995@gmail.com
Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro, Semarang
Received : ............. ; revised :
............. ; accepted .............
Abstrak
Pencernaan adalah penguraian bahan
makanan yang kompleks menjadi bahan sederhana dalam saluran pencernaan untuk
dapat diserap dan diedarkan ke tubuh. Saluran pencernaan pada hewan memiliki perbedaan sesuai dengan jenis
maupun organ yang terlibat didalamnya. Praktikum ini
bertujuan mengetahui sistem digesti, fungsi organ-organ dan mengetahui perbedaan panjang serta
persentase antara masing masing organ pencernaan pada saluran pencernaan
ruminansia, pseudoruminansia, dan monogastrik. Metode yang di gunakan yaitu dengan membedah Saluran
pencernaan pada kelinci dan ayam, sedangkan kambing langsung menggunakan
awetan. Pembedahan di lakukan dengan menggunakan pisau dan gunting, lalu di
ambil saluran pencernaan dan diukur panjang masing masing organ. Hasil
praktikum didapatkan hasil bahwa saluran pencernaan ruminansia terdiri
dari mulut, esofagus, rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus halus, sekum,
usus besar, dan anus. Saluran pencernaan pada
ruminansia memiliki panjang total 1360. Saluran pencernaan pseudoruminansia
terdiri dari mulut, esofagus, tembolok, proventikulus, gizzard, usus halus,
seka, dan kloaka. Saluran pencernaan ternak pseudoruminansia
memiliki total panjang 442. Saluran pencernaan monogastrik terdiri dari
mulut, esofagus, lambung, usus halus, sekum, usus besar, dan anus. Panjang pada saluran pencernaan ternak monogatrik yaitu 254 cm. Saluran pencernaan ternak
dihitung dengan persentase 100 %.
Kata kunci: ukuran, fungsi, ruminansia,
pseudoruminansia, monogatrik
PENDAHULUAN
Pencernaan
merupakan serangkaian proses untuk memecah bahan makanan yang berupa senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana hingga dapat diabsorpsi lalu di edarkan ke
seluruh tubuh. Saluran pencernaan
merupakan proses
penghubungkan antara dunia luar dan dunia dalam dengan organ pencernaan sebagai
proses metabolik (Suprijatna et al.
2005). Hewan
ruminansia umumnya pemakan tanaman atau herbivora, sehingga sebagian besar
makanannya berserat kasar seperti selulose, hemiselulose dan bahkan lignin. Saluran
pencernaan ruminansia dimulai dari esofagus, rumen, retikulum, omasum,
obomasum, usus halus, usus besar, sekum, kolon, anus (Isnaeni, 2006).
Saluran
pseudoruminansia dimulai dari esofagus, lambung, usus kecil, usus besar, sekum
dan kolon (Parakkasi, 1986). Fungsi masing - masing saluran pencernaan berbeda - beda dan karekteristik setiap organ tidak sama.
Saluran pencernaan pada monogastrik
di mulai dari esofagus, tembolok,
proventikuus (perut kelenjar), duodenum, ileum, seka kanan dan seka kiri, usus
besar, dan berakhir di kloaka (Akoso, 1998). Sistem pencernaan
monogatrik berbeda dengan sistem pencernaan ternak mamalia atau ternak
ruminansia, karena pada monogastik tidak
memiliki gigi untuk melumat makanan. Hewan monogatrik menimbun makanan yang
dimakan di dalam tembolok. Praktikum
sistem digesti bertujuan untuk mengetahui saluran sistem pencernaan, fungsi,
ukuran dan karakteristik saluran pencernaan ruminansia, pseudaruminansia, dan monogastrik. Manfaat
yang dapat menambah ilmu dasar mengenai sistem digesti dan dapat di terapkan dalam dunia pekerjaan serta dalam
kehidupan sehari – hari.
METODE PRAKTIKUM
Praktikum
anatomi organ digesti dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia,
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,
Semarang. Tanggal 08 April 2015 pukul 14.00 – 16.00.
Materi
praktikum anatomi organ digesti menggunakan bahan meliputi saluran pencernaan
ternak monogastrik (unggas), ruminansia (awetan), pseudoruminansia (kelinci),
dan formalin. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pisau bedah, pita ukur, masker, sarung tangan,
dan alat tulis.
Prosedur
kerja dibagi menjadi dua yaitu dengan menggunakan awetan dan baru. Prosedur
kerja untuk awetan meliputi: mengambil organ awetan kambing dari tempat sebelumnya dan diletakkan di meja, menyusun bagian
organ saluran pencernaan kambing dengan rapi, mengukur panjang dan
persentase masing-masing organ. Prosedur
kerja untuk baru (kelinci dan unggas) meliputi memotong vena jugularis untuk
mengeluarkan darahnya sampai tuntas, membedah
hewan yang telah dipotong. Mengukur panjang dan persentase untuk tiap - tiap organ saluran
pencernaan.
Variabel
yang diamati dalam praktikum anatomi organ digesti yaitu pengukuran panjang persentase pada
masing masing organ saluran pencernaan. Penghitungan panjang dan persentase ternak ruminansia, monogatrik
dan pseudoruminansia yaitu :
PO = Panjang perorgan x 100%
Panjang organ
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kinerja Saluran Pencernaan Ruminansia
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada organ pencernaan ruminansia maka diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 1. Data Saluran Pencernaan Ruminansia
Organ Pencernaan
|
Panjang
(cm)
|
Persentase (%)
|
Organ Pencernaan Utuh
|
1360
|
100
|
Esofagus
|
32
|
2.35
|
Rumen
|
22
|
1.62
|
Retikulum
|
10
|
0.74
|
Omasum
|
7
|
0.51
|
Abomasum
|
22
|
1.62
|
Usus Halus
|
965
|
70.96
|
Sekum
|
20
|
1.47
|
Usus Besar
|
253
|
18.6
|
Kolon
|
22
|
1.62
|
Anus
|
7
|
0.51
|
Berdasarkan hasil praktikum dapat di ketahui bahwa saluran pencernaan ruminansia dimulai dari mulut yang berguna untuk mengambil makanan dan menguyah secara mekanik sebelum makanan masuk ke esofagus. Esofagus (kerongkongan) merupakan saluran penghubung dari mulut menujuke rumen. Esofagus pada ruminansia memiliki ukuran sangat pendek dan membesar pada saat makanan memasuki esofagus. Menurut Akosa (1998) bahwa bentuk esofagus seperti corong yang terletak di antara mulut dengan rumen, untuk selanjutnya saluran akan memasuki lambung untuk memproses makanan. Esofagus yang mempunyai panjang 32 cm dengan persentase 2.35 %. Lambung pada saluran pencernaann ruminansia mempunyai empat ruang yaitu rumen, retikulum, omasum, obomasum. Lambung berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan yang telah di cerna oleh ternak tersebut dan mencerna protein. Menurut Isnaeni (2006) bahwa fungsi dari lambung sebagai tempat penyimpanan makanan yang dicerna oleh ternak sebagiandengan waktu tertentu dan mencerna protein dengan menyekresikan enzim protease. Perbandingan antara kapasitas lambung dengan bagian lain berkisaran 8 - 15 liter. Menurut pendapat Parakkasi (1986) bahwa kapasitas lambung berkisaran 10 - 12 % atau antara 8 - 15 liter dari dari seluruh kapasitas alat pencernaan.
Rumen
merupakan bagian saluran pencernaan pada ternak ruminansia dimana terjadi
pencernaan secara fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik. Rumen mampu
menghasilkan zat - zat gizi
yang di butuhkan tubuh. Menurut Sodiq dan Abidin (2008) bahwa rumen tidak bergantung pada kadar
zat zat gizi pakan karena rumen mampu menghasilkan zat zat gizi yang dibutuhkan tubuhnya. Karakteristik rumen
yaitu babat yang tonjolannya seperti
bulu dan memiliki panjang 22 cm, ini merupakan panjang rumen yang kurang normal karena panjang
rumen yang normal berkisaran 23 cm sampai 29 cm. Menurut pendapat Soebarinoto et al. (1991) bahwa rumen pada ternak ruminansia normal berkisaran
23 sampai 29 cm. Retikulum merupakan
perut jala atau hardware stomach. Fungsi retikulum adalah sebagai
penahan pakan pada saat regurgitasi rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan
rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Retikulum
mempunyai panjang 10 cm dengan persentase 0.74 %. Pengamatan ini termasuk dalam kaadaan normal. Menurut pendapat Soebarinoto et al. (1991) bahwa panjang retikum
normal berkisaran 8 - 11 cm.
Omasum
mempunyai panjang 7 cm dengan persentase 0.51 %. Panjang ini termasuk dalam
keadaan normal. Hal ini sesuai pendapat Soebarinoto et al. (1991) bahwa panjang omasum berkisaran 5 sampai 8 cm. Usus halus
terbagi menjadi tiga bagian yaitu
duodenum, jejenum, ileum. Hal ini sesuai pendapat Soebarinoto et al. (1991) bahwa anatomi usus halus
di bagi menjadi 3 yaitu duodenum yang berhubungan dengan obomasum, jejenum
berada dibagian tengan dan ileum berhubungan dengan usus besar.
Abomasum adalah bagian lambung yang memanjang yang dapat mensekresikan
cairan lambung oleh sel - sel abomasum. Menurut Soebarinoto et
al. (1991) bahwa abomasum merupakan bagian lambung yang dapat memanjang, terletak di
dasar rongga perut. Abomasum merupakan tempat permulaan dari proses pencernaan
secara enzimatik. Abomasum
mempunyai panjang 22 cm dengan persentase 1.62 %. Panjang Abomasum termasuk dalam keadaan normal. Usus halus
mempunyai panjang 965 cm dengan persentase 70.96 %. Usus
besar merupakan kelanjutan dari usus kecil yang terdiri atas sekum, kolon,
serta berakhir di ujung luar anus. Menurut Akoso (1996) bahwa usus besar
terdiri dari sekum, kolon dan berakhir di anus. Usus besar pada ternak
ruminasia 253 cm dengan persentase 18.6 %. Fungsi usus besar adalah tempat
penampungan makanan dalam jumlah banyak. Menurut Sihombing (1997) bahwa fungsi
dari usus besar yaitu untuk menampung berbagai jenis makanan yang dapat di
cerna maupun tidak tercerna serta untuk pembusukan yang menghasilkan berbagai
jenis gas. Kolon
merupakan tabung berstruktur sederhana yang di gunakan fermentasi mikroba.
Menurut pendapat Soebarinoto et al. (1991) bahwa sekum merupakan tempat fermentasi oleh mikroba.
Kondisi ini sekum secara umum tidak
berbeda dengan kondisi di dalam rumen. Sekum mempunyai panjang 20 cm
dengan persentase 1.47 %. Kolon
mempunyai panjang 22 cm dengan persentase 1.62 %. Panjang ini termasuk dalam
berkisaran normal. menurut Parakkasi (1986) bahwa panjang rata rata kolon
berkisar 20 - 25 cm
dengan kapasitas volume air 2 kali volume sekum. Anus adalah tempat terakhir
pembuangan sisa-sisa pencernaan yang tidak diperlukan oleh tubuh lagi yang
berupa fases. Menurut pendapat Yuwanta (2008) bahwa anus merupakan tempat
berakhirnya sisa makanan yang tidak dapat di proses lagi, hasilnya berupa
fases. Panjang anus pada ternak ruminansia yaitu 7 cm, ini merupakan keadaan
yang normal untuk ukuran anusruminansia. Menurut pendapat Soebarinoto et al. (1991) bahwa ukuran normal anus
pada ruminansia berkisaran 6 - 9 cm.
Kinerja Saluran Pencernaan Pseudoruminansia
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada organ
pencernaan pseudoruminansia maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2. Data Saluran Pencernaan Pseudoruminansia
Organ Pencernaan
|
Panjang
(cm)
|
Persentase (%)
|
Organ Pencernaan Utuh
|
442
|
100
|
Esofagus
|
11
|
2.49
|
Lambung
|
13
|
2.59
|
Usus halus
|
273
|
61.76
|
Sekum
|
45
|
10.18
|
Usus besar
|
72
|
16.29
|
Kolon
|
23
|
5.20
|
Anus
|
5
|
1.13
|
Berdasarkan
pengamatan yang di lakukan saluran
pencernaan pada kelinci di mulai dari mulut, esofagus,
lambung, usus halus, usus besar, sekum, kolon dan anus. Panjang untuk masing - masing organ berbeda dan memiliki
karakteristik sendiri. Panjang esofagus yaitu 11 cm dengan persentase 2.49 %,
lambung memiliki panjang 13 cm dengan persentase 2.59 %. Panjang usus besar
yaitu 72 cm dengan persentase 16.29 %. Panjang sekum 45 cm dengan persentase 10.48
% dan kolon memiliki panjang 23 cm
dengan persentase 5.20 %. Anus mempunyai panjang 5 cm dengan persentase 1.13 %.
Lambung
merupakan
saluran yang di gunakan untuk memprosen makanan secara kimiawi. Menurut Muwarni
(2009) bahwa fungsi dari lambung yaitu untuk tempat pencernaan makanan secara
kimiawi agar dapat di serat dan diedarkan ke jaringan tubuh. Lambung mempunyai 1
lambung yang digunakan untuk mencerna makanan. Lambung ini hanya berfungsi
untuk menyimpan makan sebelum masuk ke usus halus. Menurut Priyatna (2011)
bahwa fungsi lambung ini hanya berfungsi untuk menyimpan dan sterilisasi
makanan sebelum masuk ke usus halus dan fermentasi hanya terdapat di caecum yakni pada usus besar. Usus
halus pada ternak pseudoruminansia memiliki panjang usus halus yaitu 273 dengan
persentase 61.76 %. Menurut Parakksi (1986) bahwa usus halus pada pseudoruminansia
berkisar normal lebih kurang 220 m.
Sekum
dan kolon pseudoruminansia mempunyai fungsi sama dengan rumen pada ternak
ruminansia. Organ saluran pencernaan pada pseudoruminan dapat berfungsi sebagai
tempat untuk penyerapan air sebelum masuk ke anus. Menurut Parakksi (1986) bahwa fungsi dari
sekum yaitu penyerapan air sebelum masuk ke anus yang kemudian masuk ke usus
besar. Makanan akan di proses menjadi fases yang akan di keluarkan melalui
anus. Sekum mempunyai fungsi mengolah makanan dari yang
dimakan oleh ternak sebelum di alirkan ke seluruh tubuh. Menurut Priyatna
(2011) bahwa sekum dapat menghasilkan sisa makanan yang berasal dari usus besar
dan memproses kembali dan diedarkan
ke jaringan tubuh.
Usus besar pada
pseudoruminansia dapat memproses fermentasi yang cukup lama. Menurut Priyatna
(2011) bahwa fermentasi akan terjadi di usus besar dan fermentasi di rektum
hanya memiliki daya cerna yang rendah.
Fermentasi yang di lakukan pada usus besar hanya mencapai 50 % dari kapasitas
saluran cerna. Kolon merupakan tempat terjadinya penyerapan air oleh bahan
makanan. Fungsi utama kolon yaitu untuk mereklamasikan cairan yang berlebihan
kemudian di kembalikan ke badan berupa bahan makanan yang sukar atau tidak dapat dicerna dan tersimpan selama
36 – 72 jam. Menurut Muswarni dan Rohman (2014) bahwa kolon mempunyai fungsi
untuk menyerap cairan kembali yang masih berguna dan tersimpan selama 36 – 72
jm dan sisanya akan masuk ke anus. Anus merupakan tempat keluarnya sisa-sisa makanan
yang tidak dapat di proses lagi di saluran pencernaan berupa fases. Menurut
Cambell et al. (2004) bahwa anus
merupakan tempat terakhir diamana sisa-sisa makanan tidak dapat di proses
kembali hasilnya berupa fases.
Kinerja Saluran Pencernaan Monogastrik
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada organ pencernaan monograstrik maka diperoleh
data sebagai berikut :
Tabel 3. Data Saluran Pencernaan Monogastrik
Organ Pencernaan
|
Panjang
(cm)
|
Persentase (%)
|
Organ Pencernaan Utuh
|
254
|
100
|
Esofagus
|
13
|
5.1
|
Tembolok
|
9
|
3.5
|
Proventrikulus
|
4
|
1.6
|
Gizzard
|
6
|
2.4
|
Duodenum
|
14
|
5.5
|
Jejenum
|
85
|
33.5
|
Ileum
|
72
|
28.3
|
Seka kiri
|
19
|
7.5
|
Seka kanan
|
19
|
7.5
|
Usus besar
|
9
|
3.5
|
Kloaka
|
4
|
1.6
|
Berdasarkan
hasil praktikum dapat diketahui bahwa saluran pencernaan pada monogastrik
terdiri dari esofagus yang mempunyai panjang 13 cm dengan persentase 5.1 %,
tembolok memiliki panjang 9 cm dengan persentase 3.5 %, proventrikulus memiliki
panjang 4 cm dengan persentase 1.6 %, gizzard memiliki
panjang 6 cm dengan persentase 2.4 %, duedenum memiliki panjang 14 cm dengan
persentase 5.5 %, jejenum memiliki panjang 85 dengan persentase 33.5 %, ileum
memiliki panjang 72 cm dengan persentase 28.3 %, sekum kanan sekum kiri
memiliki pangang 19 cm dengan persentase 7.5 %, usus besar memiliki panjang 9
cm dengan persentase 3.5 %, kloaka memiliki panjang 4 cm dengan persentase 1.6
%. Hal ini sesuai dengan pendapat Akoso (1998)
yang menyatakan bahwa saluran pencernaan terdiri dari esofagus, tembolok,
proventikuus (perut kelenjar), duodenum, ileum, sekum kanan dan sekum kiri, usus
besar, dan kloaka. Saluran pencernaan monogastrik memiliki fungsi yang berbeda
antara organ satu dengan yang lain. Saluran monogatrik akan saling berhubungan
untuk memproses makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta
(2004) yang menyatakan saluran pencernaan dari esofagus sampai ke kloka
memiliki perbedaan fungsi masing -
masing.
Esofagus adalah saluran pencernaan yang menghubungkan dari mulut
menuju ke proventikulus atau lambung. Esofagus
terdapat sepanjang daerah leher dan
rongga dada. Menurut Suprijatna et al.
(2005) bahwa esofagus atau
kerongkongan berbentuk pipa tempat pakan dari sluran belakang mulut belakang ke
proventikulus. Hasil pengamatan di dapatkan panjang 13 cm dengan persentase 5.1 %. Keadaan
ini merupakan ukuran yang kurang normal karena keadaan normal sebuah esofagus
yaitu 20 cm. Menurut Rizal (2006) bahwa panjang esofagus dari faring ke
tembolok adalah 20 cm.
Tembolok adalah modifikasi dari esofagus yang
berbentuk kantong lebar yang menghubungkan esofagus
menuju proventikulus. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartadisastra
(1994) bahwa tembolok adalah bagian kerongkongan yang membesar yang dindingnya
di selimuti lendir yang fungsinya untuk membasahi pakan. Makanan yang masuk
dari esofagus akan di salurkan menuju tembolok untuk di proses dari makanan yang
kasar akan di perhalus sementara sebelum masuk ke proventrikulus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Rasyaf (2008) bahwa fungsi dari tembolok adalah tempat yang untuk menampung makanan dalam
bentuk makanan kasar, biji – bijian yang akan di haluskan dan diubah menjadi
asam. Hasil pengamatan bahwa tembolok mempunyai panjang 9 cm dengan persentase
3.5 %, ini merupakan normal untuk ukuran tembolak. Tembolok yang nornal
berkisaran 7 sampai 10 cm. Menurut
Fadillah (2013) bahwa umur, jenis pakan dan bangsa mempengaruhi panjang
tembolok.
Proventrikulus merupakan penebalan
pelebaran dari ujung akhir kerongkongan
atau esofagus berfungsi untuk membantu proses mencerna protein. Menurut Rasyaf
(2008) bahwa proventrikulus merupakan bagian ujung kerongkongan yang membesar
dan menghasilkan enzim pemecah protein
(pepsin). Pengukuran proventrikulus di dapatkan hasil panjang 4 cm. Panjang
proventrikulus pada ayam ini kurang normal. Menurut Mahmilia (1997) yang di
sitasi Noferdiman (2012) bahwa rata-rata
proventrikulus relatif berkisaran antara 0.50 - 0.53 %.
Gizzard
merupakan kepanjangan dari proventrikulus yang memiliki dinding yang kuat,
kenyal dan keras dimana ezim pepsin bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rasyaf (2008) bahwa gizzard merupakan tempat dimana pakan
di kunyah yang memiliki dinding yang kuat dan keras dilengkapi dengan bahan
keras sebagai gigi, dimana enzim pepsin membantu
dalam pengunyahan. Karakteristik dari ampela atau gizzard yaitu memiliki otot
yang kuat dan tebal yang dapat memecah makanan menjadi bagian yang lebih kecil.
Menurut pendapat Kartadisastra (1994) bahwa ampela atau gizzard memiliki permukaan yang tebal dan otot kuat yang
berfungsi sebagai pemecah makanan memjadi kecil. Panjang dari pengukuran
gizzard ini yaitu 6 cm. Panjang gizzard ini masih berkisaran normal untuk
gizzard. Menurut Yaman (2010) bahwa gizzard memiliki panjang berkisaran 5 sampai 7,5
cm.
Deodenum merupakan bagian dari usus halus di bagian depan
untuk menkreaksikan enzim - enzim dari pankreas. Menurut Akoso
(1998) bahwa duodenum merupakan tempat untuk menkreasikan enzim-enzim dan
merupakan bagian dari usus halus. Pengukuran panjang duodenum saat di lakukan
pengamatan yaitu 14 cm dengan persentase 5.5 %. Deodenum yang normal berkisaran 24 cm. Menuurut Yawanta (2004)
bahwa panjang duodenum adalah
24 cm.
Jejenum
merupakan bagian tengah dari usus halus, di sebut juga usus kosong. Jejenum
akan memecah makanan dengan proses kimiawi oleh enzim dan terjadi penyerapan
zat makanan. Menurut pendapat Yuwanta (2004) bahwa jejenum berfungsi sebagai proses
pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan pada duodenum.
Pengukuran yang di lakukan di dapatkan hasil panjang jejenum 85 cm. Panjang
normal jejenum pada ayam berkisaran antara 58 sampai 74. Menurut Fadillah (2013)
bahwa perbedaan ukuran disebabkan aktifitas ayam itu sendiri, banyaknya pakan
yang di konsumsi, umur ayam. Ileum merupakan usus penyerapan untuk memperluas
permukaan usus dalam penyerapan zat makanan agar lebih sempurna. Menurut Yawanta
(2004) bahwa fungsi dari
ileum yaitu untuk mengabsorbsi hasil pencernaan agar menjadi lebih sempurna
sebelum masuk ke sekum. Panjang hasil pengamatan yaitu 72 cm. Pembatas jejenum
dengan ileum di tandai dengan bintil kecil. Menurut Yaman (2010) bahwa
pembatas antara Jejunum dan ileum yang ditandai dengan adanya
bintil pada permukaan. Pembatas ini juga disebut disebut micele divertikum.
Seka kanan dan seka kiri
merupakan suatu kantong yang terhubung
pada usus penyerapan serta bagian kolon. Pengamatan yang dilakukan di dapatkan
hasil bahwa pada sekum kanan dan kiri memiliki panjang 19 cm, ini merupakan
panjang yang mendekati normal. Ukuran normal suatu sekum yaitu dengan panjang 20
cm dan diameternya dua kali dari usus halus. Menurut Yuwanta (2004) bahwa sekum
terdiri dari dua seka yang memiliki panjang 20 cm. Menurut pendapat Cambell et al.
(2004) bahwa fungsi usus besar atau kolon yaitu untuk menyerap kembali air yang
telah masuk kedalam saluran pencernaansebagai bahan pelarut.
Usus besar merupakan tempat untuk absorbsi air kembali
sebelum feses dikeluarkan. Pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di dapatkan
hasil bahwa panjang 9 cm. Ukuran ini kurang normal karenal ukuran normal untuk
usus besar adalah 7 cm. Menurut Yuwanta (2004) bahwa panjang pada usus besar
memiliki ukuran 7 cm. Fungsi bagian usus besar untuk perombakan partikel pakan yang tidak tercerna. Menurut
Fadillah (2013) bahwa fungsi usus besar yaitu untuk merombak partikel pakan
yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses.
Kloaka yaitu
tempat saluran pencernaan terakhir pada ayam yang berupa akskreta. Menurut
Yuwanta (2004) bahwa feses dan urine mengalami penyerapan air sebelum
dkeluarkan sekitar 72% sampai 75% dan hasil akhir yaitu berupa ekskreta.
Pengamatan pada kloaka di dapat hasil
panjang 4 cm dengan persetase 1.6 %. Panjang kloaka ini kurang normal. Kloaka
yang normal berkisaran antara 1.5 sampai 3 cm. Menurut Fadillah (2013)
Perbedaan panjang pada kloaka ayam ini disebabkan oleh bangsa, pakan, dan
kondisi lingkungan.
KESIMPULAN
Saluran pencernaan ruminansia, monogatrik dan pseudaruminansia memiliki perbedaan yang sinifikan. Saluran pencernaan pada monogastrik
di mulai dari esofagus, tembolok,
proventikuus (perut kelenjar), duodenum, ileum, sekum kanan dan sekum kiri,
usus besar, dan berakhir di kloaka. Saluran pencernaan pseudoruminansia terdiri dari
mulut, esofagus, tembolok, proventikulus, gizzard, usus halus, seka, dan
kloaka. Saluran pencernaan monogastrik terdiri
dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, sekum, usus besar, dan anus. saluran
pencernaan ruminansia terdiri dari mulut, esofagus, rumen, retikulum, omasum,
abomasum, usus halus, sekum, usus besar, dan anus. Perbedaan antara
system pencernaan non-ruminansia
adalah pada jumlah lambungnya. Saluran pencernaan non-ruminansia hanya
mempunyai 1 lambung, sedangkan ruminansia mempunyai lambung yang terdiri dari 4
bagian yang masing-masing mempunyai fungsi masing-masing.
REFERENSI
Akoso, B.T. 1998. Panduan Bagi
Petugas Teknis, Penyuluhan dan Peternak. Kanisius, Yogyakarta.
Cambell, N.A, Reece, dan Michell. 2004. Biologi Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.
Campbell.
N.A, Reece, J.B dan Lawrence. G. M. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga.
Erlangga, Jakarta.
Fadillah, R. 2013. Super
Lengkap Beternak Ayam Broiler. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
Isnaeni, W.2006.
Fisiologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta.
Kartadisastra, H. R.
1994. Pengolahan Pakan Ayam, Kiat Meningkatkan Keuntungan dalam Agribisnis Unggas.
Kanisius, Yogyakarta.
Murwani, R. 2009. Sistim Pencernaan
dan Metabolisme pada
Monogastrik. Laboratorium Biokimia Dan Nutrisi. UNDIP, Semarang.
Maswarni dan N. Rachman. 2014.
Kuda, Managemen Pemeliharaan dan Pengembangbiakan.Penebar
Swadaya, Jakarta.
Noferdiman. 2012. Efek
Penggunaan Azolla Microphylla Fermentasi sebagai
Pengganti Bungkil Kedele dalam
Ransum Terhadap Bobot Organ Pencernaan Ayam Broiler. 14 (1) 49:56
Parakkasi, A.1986. Imu
Nutrisi dan Makanan Ternak Monogatrik. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Priyatna, N. 2011. Beternak dan Bisnis Kelinci Pedaging. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Rasyaf, M. 2008. Panduan
Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rizal, Y. 2006. Ilmu
Nutrisi Unggas. Andalas University Press, Padang.
Sihombing, D. T.
H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press,Yogykarta.
Sodiq, A dan Abidin, Z. 2008.
Meningkatkan Produk Susus Kambing Peranakan Etawa. Agromedia Pustakan, Jakarta.
Soebarinoto. S.Chuzaemi dan Mashubi.
1991.Ilmu Gizi Ruminansia. Universitas Brawijaya, Malang.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono.,
R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.Penebar Swadaya, Jakarta.
Yaman, M. A. 2010. Ayam
Kampung Unggul. . Penebar Swadaya, Jakarta.
Yuwanta, T. 2004. Dasar
Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.
Sportsbook Review and Sign Up Bonus | Thakasino
BalasHapusIn-depth review of 샌즈카지노 bet365 Sportsbook, including promo codes, deposit methods and the bet365 best bonus offers 메리트카지노 from top sportsbooks.